Selasa, 25 Juni 2019

Kesadaran Diri pada Anak

Kesadaran Diri pada Anak

1. Pengertian Kesadaran Diri (Self-Awareness)
 Self-awarness atau kesadaran diri adalah wawasan kedalam atau wawasan mengenai alasan-alasan dari tingkah laku sendiri atau pemahaman diri sendiri.
2. Bentuk-Bentuk Self-Awareness
Menurut Baron dan Byne tokoh psikologi sosial, mengatakan bahwa self-awarness memiliki beberapa bentuk diantaranya:
A. Self-awarness subjektif adalah kemampuan organisme untuk membedakan dirinya dari lingkungan fisik dan sosialnya.
B. Self-awarness objektif adalah kapasitas organisme untuk menjadi objek perhatiannya sendiri, kesadaran akan keadaan pikirannya dan mengetahui bahwa ia tahu dan mengingat bahwa ia ingat.
C. Self-awareness simbolik adalah kemampuan organisme untuk membentuk sebuah konsep abstrak dari diri melalui bahasa kemampuan ini membuat organisme mampu untuk berkomunikasi, menjalin hubungan, menentukan tujuan mengevaluasi hasil dan membangun sikap yang berhubungan dengan diri dan membelanya terhadap komunikasi yang mengancam.

3. Karakteristik dalam Pembentukan Self-Awareness
Menurut Charles dalam pembentukan self-awarnessdalam diri seseorang dibutuhkan sebuah kerangka kerja yang terdiri dari:
A. Attention (atensiperhatian) adalah pemusatan sumber daya mental ke hal-hal eksternal maupun internal. Kita dapat mengarakan atensi kita ke peristiwa-peristiwa eksternal maupun internal, dan oleh sebab itu kesadaran pun dapat kita arahkan ke peristiwa eksternal dan internal.
B. Wakefulness (kesiagaan/kesadaran) adalah kontinum dari tidur hingga terjaga. Dalam bagian kerangka kerja awareness ini, kesadaran adalah suatu kondisi mental yang dialami seseorang sepanjang kehidupannya.
C. Architecture (arsitektur ) adalah lokasi fisik struktur fisiologis dan proses-proses yang berhubungan dengan struktur tersebut yang menyongkong keteraturan dan ketertiban.
D. Recall of knowledge (mengingat pengetahun) adalah proses pengambilan informasi tentang pribadi yang bersangkutan dengan dunia sekelilingnya.
E. Self knowledge (pengetahuan diri) adalah pemahaman tentang informasi jati diri pribadi seseorang. Pertama, terdapat pengetahuan fundamental bahwa anda adalah anda.
4.Elemen Kunci Kesadaran Anak Terhadap Diri
A. Kesadaran pada Indera
Bila individu lost in thought umumnya perhatian akan terfokus pada salah satu indera akibatnya tidak semua sensasi dapat diperhatikan. Individu tidak bisa konsentrasi pada banyak hal sekaligus.
B. Kesadaran pada Fenomena Internal (Memori)
Sesuatu yang diindera maka akan dimasukkan dalam kondisi preconscious (preconscious state). Saat mengingat kembali maka yang ada dalam preconscious akan dibawa ke kesadaran (conscious state) tetapi ada memori yang kurang dapat diakses dan disebut gagasan-gagasan tak sadar (unconscious ideas) gagasan tak sadar inilah yang dimaksud oleh Sigmund Freud sebagai hal yang ditekan karena mengancam kepribadian.
Bila kesadaran baik, maka orientasi; waktu, tempat dan orang baik, pemahaman baik, Informasi yang masuk efektif (melalui memori dan pertimbangan. Kesadaran melibatkan:
a. Pemantauan diri dan lingkungan sehingga dapat melakukan kegiatan secara normal;
b. Pengendalian diri dan lingkungan, sehingga kita dapat memulai dan mengakhiri aktivitas perilaku dan kognitif.

5. Metode Pembelajaran dalam Kesadaran Diri Anak
A. Puppet (Permainan hand puppet)
Hand puppet atau permainan dengan menggunakan boneka tangan, merupakan salah satu permainan yang digemari anak-anak usia dini. Melalui permainan ini anak akan belajar berkomunikasi, berimajinasi, mengekspresikan perasaannya dan meningkatkan kepercayaan dirinya. Dengan adanya manfaat yang cukup besar dalam mengekspresikan emosi, sebagian terapis telah menggunakan permainan hand puppet ini untuk terapi. Dengan permainan ini, anak-anak yang mengalami permasalahan emosional pun dapat terbantu.
Dengan model ini anak diajarkan untuk bermain terarah dan menggali pengalamansendiri. Dengan demikian, menurut penulis boneka jari dapat digunakan sebagai media untuk anak dapat menumbuhkan rasa percayaa dirinya melalui bermain terarah dan menggali pengalaman langsung.
Boneka jari adalah boneka yang dapat dimasukkan kejari tangan, bentuknya kecil seukuran jari tangan orang dewasa. Jenis boneka yang digunakan adalah boneka jari yang terbuat dari potongan kain flanel. Boneka jari adalah media yang dapat digunakan oleh guru berupa boneka yang terbuat dari kain flanel yang dapat dimasukkan kejari tangan yang memiliki karakter dan bentuk yang tertentu.
Tujuan permainan boneka jari menurut Zaman, dkk. yaitu untuk mengembangkan bahasa anak, mempertinggi keterampilan dan kreativitas anak, mengajak anak belajar bersosialisasi, dan bergotong royong disamping melatih keterampilan jari jemari tangan.
Boneka jari dapat dibentuk menjadi beberapa karakter sesuai dengan pembelajaran yang akan diberikan oleh guru. Menurut Sujiono, anak pada usia 3-6 tahun senang mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urut dan mudah dipahami. Dengan demikian, pada saat memberikan pelajaran, anak diminta untuk memainkan boneka jari tersebut melalui cerita sederhana.
Cerita yang dapat dibawakan dapat disesuaikan dengan teman-tema yang dikembangkan berdasarkan tingkat perkembangan anak. Contoh pengembangan tema menurut Sujiono (2011:220) antara lain: sekolahku, identitasku, keluargaku, kesukaanku, alam sekitarku, hari besarku.
Guru dengan segenap kreativitasnya membentuk boneka jari sesuai dengan tema yang dipilih. Contohnya, tema yang dipilih keluarga, maka setidaknya karakter pada boneka jari terdapat anggota keluarga yaitu ayah, ibu, adik dan kakak. Cara penggunaan boneka jari ini dengan cara guru menceritakan sebuah cerita sesuai dengan tema yang dipilih dengan menggerakkan boneka jari sebagai medianya. Setelah itu, anak diminta untuk menceritakan kembali sesuai dengan yang dicontohkan oleh guru. Selain untuk menumbuhkan percaya diri, dengan bercerita menggunakan boneka jari dapat mengembangkan kemampuan bahasa anak usia dini.

B. Drama atau Bermain Peran
Pengertian metode bermain peran adalah memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda disekitar anak dengan tujuan untuk mengembangkan daya khayal (imajinasi), dn penghayatan terhadap bahan pengembangan yang dilaksanakan. Dengan demikian yang dimaksud dengan metode bermain peran pada pembelajaran anak usia dini adalah sebuah cara agar anak-anak dapat mengembangkan kretaivitas dan imajinasinya untuk memerankan tokoh-tokoh yang ada disekitarnya. Tokoh-tokoh yang diperankan anak, baik berupa orang, binatang, maupun benda-benda yang dikenal oleh anak.
Jenis kegiatan bermain peran pada AUD seperti bermain peran dokter, guru, tukang sayur, ibu, anak, penjual, dan pembeli, serta masih banyak yang lainnya yang berkenaan dengan kehidupan di sekitar anak. Melalui kegiatan bermain peran, selain anak belajar berbicara dan mengomunikasikan pemikirannya, anak pun belajar menyimak apa yang disampaikan teman-temannya serta melihat dan memerhatikan sebagai peran yang dimainkan.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan metode bermain peran adalah sebagai berikut. Pertama, menyiapkan naskah, alat, media, dan kostum yang akan digunakan. Kedua, menerangkan teknik bermain peran dengan cara sederhana yang mudah dimengerti dan dipahami anak. Ketiga, memberikan kebebasan pada anak untuk memilih peran yang disukainnya.
Keempat, menentukan sebagian anak yang akan menjadi penonton dan pendengar. Kelima, menyarankan kalimat pertama yang sebaiknya diucapkan oleh anak. Keenam, menghentikan permainan ketika sedang mencapai puncaknya, dan melakukan diskusi dengan para penonton dan pendengar mengenai masalah yang sedang terjadi dan bagaimana pemecahannya. Dan langkah yang terakhir setelah kegiatan selesai, guru melakukan evaluasi terhadap peran yang dimainkan anak.

C. Teknik Kura-Kura
Teknik kura-kura yaitu suatu cara dimana mengajarkan tentang tahap-tahap disuatu cara untuk mempermudah anak memahami setiap karakter. Adapun langkah-langkah dalam teknik kura-kura sebagai berikut yaitu merespon isyarat kata kura-kura dengan menarik lengan, kaki, dari kepala hingga mendekati tubuh merupakan suatu cara agar anak faham betuk dengan teknik yang diajarkan, menggabungkan respon ini dengan reaksi mengajarkan anak untuk dapat mudah peka dalam hal segala respon yang diberikan oleh guru, menggunakan pemecahan masalah anak-anak dengan teknik berpikir konsuekuensi dari berbagai perilaku yang mungkin nanti akan digunakan dimana mengajarkan dalam menyelsaikan masalah yang pada diri anak itu sendiri tanpa dibantu oleh orang tua dan guru sehingga hanya mengarahkannya saja jadi teknik-teknik disini dimana kita mengajarkan untuk mengembangkan segala kemampuan yang dimiliki oleh anak sehingga saat anak bertambah umurnya perkembagannya sesuai dengan karakter yang dimiliki oleh setiap anak.

D. Volume Clasification Technique (VCT)
Value Clarification Technique adalah pendekatan pendidikan nilai dimana peserta didik dilatih untuk menentukan, memilih, menganalisa, memutuskan, mengambil sikap sendiri nilai-nilai kehidupan yang ingin diperjuangkannya.
Bernade, menyatakan bahwa VCT adalah istilah sehari-hari dengan mengungkapkan niali-nilai mral pada peserta didik.
Sejalan dengan hal tersebut Adisusilo menyatakan bahwa dalam penerapan VCT maka anak tidak disuruh menghafal, dan tidak disuapi dengan niali-niali yang sudah dipilihkan pihak lain, melainkan dibantu untuk menemukan, menganalisis, mempertanggungjawabkan, mengembangkan, memilih, mengambil sikap, dan mengamalkan nilai-nilai hidupnya sendiri.
Terdapat berbagai macam jenis model VCT yang dapat digunakan:
a. VCT dengan percontohan/model cerita;
b. VCT dengan analisa tulisan;
c. VCT dengan model daftar atau matriks;
d. VCT dengan stimulasi atau bermain/bermain peran/games.

6. Emosi Dasar Manusia
Emosi sering diistilahkan juga sebagai perasaan atas hal ini dikatakan bahwa emosi biasanya disifatkan sebagai sesuatu keadaan (state) dari diri seseorang pada suatu waktu. Misalnya, seseorang merasa senang, sedih, terharu, dan sebagainya bila melihat sesuatu, mendengar sesuatu, dan bahkan mencium sesuatu. Singkat kata, emosi disifatkan sebagai suatu keadaan mental sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang pada umumnya datang dari luar; dan peristiwa-peristiwa tersebut pada umumnya menimbulkan kegoncangan-kegocangan pada diri orang tersebut.
Ekman dkk mengutarakan, meskipun demikian, kebanyakan peneliti menyebutkan bahwa daftar emosi dasar akan terdiri dari, setidaknya, kebahagiaan, marah, takut, sedih, dan jijik. Salah satu kesulitan dalam mendefinisikan serangkaian emosi dasar adalah bahwa terdapat perbedaan subtansi dalam deskripsi emosi dalam berbagai daya.
Misalnya, orang Jerman menyatakan bahwa mereka mengalami schandenfruede, perasaan menyenangkan melihat orang lain mengalami kesulitan, dan orang Jepang mengalami hagaii, perasaan sakit hati yang tidak dapat dihindari dan diwarnai oleh frustasi. Di Tahiti, orang mengalami musu, perasan penolakan untuk memenuhi permintaan yang tidak masuk akal dari orangtua seseorang.

A. Macam-Macam Emosi Dasar
a. Positif
Cinta: kesukaan, dan kegila-gilaan.
Kegembiraan: kebahagiaan, kepuasan, dan kebanggaan.
b. Negatif
Kemarahan: kekesalan, kebencian, kehinaan, dan kecemburuan.
Kesedihan: kesakitan, kenestapaan, perasaan bersalah, dan kesepian.
Ketakutan: kengerian, dan kekhawtiran.

B. Bentuk-Bentuk Reaksi Emosi
a. Reaksi amarah : hormon adrenalin meningkat, menyebabkan gelombang energi yang cukup kuat untuk bertindak dahsyat, maka tangan menjadi mudah menghantam lawan, detak jantung meningkat;
b. Reaksi takut : kaki akan lebih mudah diajak mengambil langkah seribu dan wajah menjadi pucat. Hal ini disebabkan karena di pusat-pusat emosi, otak memicu terproduksinya hormon seperti adrenalin, yang membuat tubuh waspada dan siap bertindak;
c. Reaksi kebahagiaan: perubahan utama akibat timbulnya kebahagiaan adalah meningkatnya kegiatan di pusat otak yang menghambat perasaan negatif dan meningkatkan energi yang ada, dan menenangkan perasaan yang menimbulkan kerisauan;
c. Reaksi perasaan cinta/kasih sayang, dan kepuasan seksual, mencakup rangsangan parasimpatik (secara fisiologis lawan/antagonik dari aktivitas simpatik), secara fisiologis adalah lawan mobilisasi "fight or flight" yang sama-sama dimiliki oleh rasa takut, maupun amarah. Pola parasimpatik, yang disebut " respon relaksasi", adalah serangkaian reaksi di seluruh tubuh yang membangkitkan keadaan menenangkan dan puas, sehingga mempermudah kerja sama;
d. Reaksi terkejut naiknya alis mata ketika terkejut memungkinkan diterimanya bidang penglihatan yang leb lebar dan juga cahaya yang masuk ke retina. Reaksi ini membuka kemungkinan lebih banyak informasi tentang peristiwa tak terduga, sehingga memmudahkan memahami apa yang sebenarnya terjadi dan menyususn rencana tindakan yang terbaik;
e. Reaksi perasaan jijik : Ungkapan ini tampak sama , dan memberi pesan yang sama ; sesuatu yang menyengat rasa atau bau. Ungkapan wajah rasa jijik ; bibir atas mengerut ke samping sewaktu hidung sedikit berkerut; dan
f. Reaksi perasaan sedih Kesedihan menurunkan energi dan semangat hidup untuk melakukan kegiatan sehari-hari, terutama kegiatan penghambat waktu dan kesenangan. Bila kesedihan semakin mendalam dan mendekati depresi, kesedihan akan meperlambat metabolisme tubuh, sehingga mengakibatkan kehilangan energi. Fungsi pokok rasa sedih adalah untuk menolong menyesuaikan diri akibat kehilangan yang menyedihkan, seperti kematian orang-orang dekat atau kekecewaan besar.

Tahap Perkembangan Kognitif Pada Anak

Tahap Perkembangan Kognitif Pada Anak

Perkembangan kemampuan kognitif anak akan menghasilkan kemajuan besar dalam enam tahun pertama. Pada masa ini, Ibu akan melihat si Kecil mulai memahami koneksi atau hubungan antara objek dan orang disekitarnya. Saat ia terus membuat kemajuan besar secara fisik dan mental, kemampuannya juga seharusnya tumbuh dan berkembang.
Libatkan diri sebagai orang tua dalam pengembangan keterampilan kognitif awal si Kecil. Hal ini akan medukung perkembangan awal si Kecil selangkah lebih maju. Pendekatan yang disarankan adalah melibatkan si Kecil dalam memahami dirinya sendiri. Hal ini kelak akan menentukan keberhasilannya di masa mendatang.
Beberapa perubahan pada si kecil tidak begitu mudah dikenali, terutama perubahan kognitif anak. Otak anak berkembang karena mereka memiliki pengalaman baru, dan biasanya bisa dilihat dari hal apa saja yang kini dapat dilakukan si Kecil.

Perkembangan Kognitif Anak Usia 1 Tahun

Saat Ibu melihat si Kecil bermain, Ibu akan melihatnya berkonsentrasi pada semua hal yang Ia lakukan. Setiap mainan, permainan dan aktivitas merupakan pengalaman baginya. Pada usia ini, si Kecil dapat mulai menarik kesimpulan dan membuat asosiasi untuk menemukan solusi atas berbagai masalah yang dihadapi. Perilaku meniru biasanya mendominasi proses belajar pada usia ini. Ia tidak lagi memegang barang-barang di sekitarnya secara acak, seperti yang dilakukannya di tahun pertama, kini Ia akan mulai menggunakannya dalam konteks yang tepat. Misalnya menggunakan sisir untuk rambutnya, mengoceh lewat telepon dan memutar kemudi mobil mainan.
Kegiatan yang dapat membantu perkembangan keterampilan kognitif si Kecil yang berumur 1 tahun:
  • Tepuk ketukan pada drum mainan atau permukaan sambil menghitung setiap ketukan. Si Kecil seharusnya mulai meniru ritmenya seiring dengan waktu.
  • Bicara tentang segala sesuatu di sekitar Ibu sambil menunjuk dan memberi nama benda atau bagian tubuhnya yang berbeda. Pegang jari dan bantu Ia menunjuk hidungnya seperti yang Ibu katakan "Ini hidung adik"
  • Mainkan teka-teki yang sesuai usia, permainan mencocokkan, permainan mengurutkan, dan menyusun balok dapat melibatkan anak balita dan anak-anak prasekolah dalam aktivitas yang mengharuskan mereka memikirkan suatu masalah dan menemukan solusinya.
  • Ajari si Kecil untuk bertepuk tangan sambil mengikuti ritme sebuah lagu saat diminta untuk melakukannya. Misalnya, nyanyikanlah “Jika Kau Suka Hati, Tepuk Tangan.”

Perkembangan Kognitif Anak Usia 2 Tahun

Pada usia ini, si Kecil mampu mengenali bayangannya sendiri di cermin, mengatakan nama sendiri atau nama panggilan lain yang sering disebut. Ia akan mulai menyortir objek dan membedakannya menjadi beberapa kelompok, misalnya mobil dan hewan. Si Kecil dapat mengomunikasikan apa yang mereka lakukan dengan menggunakan kata-kata dasar dan suka meniru tindakan orang dewasa. Ibu akan melihat adanya perubahan dalam pola berpikir si Kecil saat Ia mulai memahami kondisi sebab dan akibat (kombinasi tindakan-reaksi).
Kegiatan yang dapat membantu perkembangan keterampilan Kognitif si Kecil yang berumur 2 tahun:
  • Nyanyikan lagu anak-anak yang familiar yang mencakup nama benda atau hewan yang berbeda, seperti “Old MacDonald had a Farm”. Si Kecil dapat membantu Ibu memberi nama hewan yang akan membantu memperbaiki ingatan dan rentang perhatian jangka pendeknya.
  • Lakukan permainan "Apa yang ada dalam kotak?" Dengan menunjukkan benda yang berbeda sebelum menempatkannya dalam kotak. Kemudian mintalah Ia untuk mengingat dan memberi tahu barang apa saja yang ada di dalamnya.
  • Berlatih menyanyikan lagu alfabet. Bantu si Kecil mengingat abjad dan tunjukkan juga melalui buku bergambar.
  • Beri pertanyaan pada si kecil yang akan melatihnya mencari jawaban dan solusi sendiri.
  • Minta si Kecil untuk mencocokkan wadah berbagai ukuran dengan tutupnya yang sesuai

Perkembangan Kognitif Anak Usia 3 Tahun

Si Kecil yang berumur 3 tahun mulai memahami konsep waktu dan mampu membedakan antara "sekarang", "segera" dan "nanti". Ia mulai mengurutkan objek berdasarkan satu ciri seperti bentuk, ukuran atau warna. Perlahan Si Kecil akan lebih memahami konsep ukuran, misalnya objek mana yang lebih besar dibandingkan dengan yang lain. Ia bisa menunjukkan dengan jari-jari saat ditanya mengenai umurnya. Kini Ia sudah memiliki konsentrasi yang lebih baik, meski terkadang masih dapat mudah terganggu. Pertanyaan "Mengapa" & "Bagaimana" akan menjadi bagian dari diskusi harian Ibu karena Ia menjadi lebih ingin tahu dengan dunia di sekitarnya.
Kegiatan yang dapat membantu perkembangan keterampilan kognitif si Kecil yang berumur 3 tahun:
  • Bantu si Kecil memiliki pemahaman terkait kata dan benda. Sebagai contoh, tunjukkan kepadanya kata "kucing" dan kemudian bantu dia mengenali objek kucing sebenarnya dalam kehidupan nyata.
  • Kegiatan memilah benda akan mengembangkan kemampuannya untuk menyortir, menyusun dan mengklasifikasikan objek sesuai warna, bentuk dan ukuran.
  • Lakukan permainan memori bersama si Kecil, misalnya mencocokkan kata-kata dengan gambar yang tepat
  • Berikan si Kecil puzzle, seperti menyortir bentuk, atau yang akan melatihnya belajar tentang berbagai bentuk dan ruang
  • Pilih kategori seperti warna atau bentuk. Kemudian bergiliran temukan contoh dari lingkungan sekitar Ibu dan si Kecil. Misalnya, cari semua barang yang berwarna biru atau bulat.

Perkembangan Kognitif Anak Usia 4 Tahun

Pada usia ini, keterampilan memecahkan masalah menjadi lebih efektif. Misalnya mulai dapat melakukan hipotesis, menguji, menganalisis dan mengevaluasi setiap tugas yang ada. Ia akan mulai merencanakan dan berpikir ke depan, juga melakukan sesuatu untuk tujuan tertentu. Keterampilan komunikasinya juga meningkat, karena sekarang Ia dapat mengingat lebih banyak kata yang memampukannya untuk mengkomunikasikan perasaan dan emosi. Ia sekarang bisa megikuti aktivitas dengan peraturan, misalnya permainan kartu dan permainan sederhana lain yang memerlukan giliran, kesabaran dan kerja sama.
Kegiatan yang dapat membantu perkembangan keterampilan kognitif si Kecil yang berusia 4 tahun:
  • Bermainlah petak umpet dengan si Kecil, hal ini memberinya kesempatan untuk mengeksplorasi sambil mencari lokasi yang mungkin merupakan tempat Ibu bersembunyi di dalam rumah
  • Mintalah si Kecil untuk membantu Ibu memilah pakaian yang berbeda berdasarkan pemiliknya. Misalnya, campurkan pakaian dari setiap anggota keluarga dan minta Ia menebak siapa pemilik dari masing-masing pakaian tersebut.
  • Mulailah permainan di mana si kecil harus mengikuti berbagai instruksi yang Ibu berikan kepadanya. Misalnya, "duduk", "letakkan satu tangan di kepala" Atau "berdiri dengan satu kaki"
  • Permainan "Ya atau Tidak": ajukan pertanyaan kepada si Kecil yang jawabannya bisa benar atau salah, kemudian minta Ia untuk menjawab dengan “ya atau tidak”. Misalnya "Langit berwarna merah.“

Perkembangan Kognitif Anak Usia 5 Tahun

Masa pra-sekolah adalah dimana Ia mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cepat, terutama pada kemampuan berpikirnya. Si Kecil yang penasaran dan ingin tahu lebih mampu melakukan percakapan. Kosa katanya berkembang seiring dengan proses berpikirnya. Si Kecil tidak hanya bisa menjawab pertanyaan sederhana dengan mudah dan logis, tapi Ia juga bisa mengekspresikan perasaan dengan lebih baik. Sebagian besar anak di usia ini menikmati bernyanyi, berirama, dan menyusun kata-kata. Biasanya si Kecil juga bisa menghitung 10 atau lebih objek, mengenali setidaknya 4 warna dan 3 bentuk, mengenali huruf dan akan mencoba menuliskan namanya sendiri jika diajarkan. Kegiatan yang dapat membantu perkembangan keterampilan kognitif si Kecil berumur 5 tahun:
  • Mulailah permainan "tebak-tebakan", misalnya memberikan huruf pertama dari sebuah benda di sekitar. Si Kecil kemudian harus berpikir dan menebak berbagai pilihannya.
  • Mintalah si Kecil untuk memejamkan mata dan merasakan benda dengan berbagai bentuk dan tekstur untuk mengenali benda apa itu.
  • Mainkan permainan "Yang mana yang tidak termasuk?". Ibu bisa menamai barang-barang seperti buku, majalah, komputer dan kartu ulang tahun dan mengajaknya untuk mengidentifikasi mana yang paling menarik perhatian dan mengapa.
  • Tawarkan si Kecil puzzle yang menantang yang mengharuskannya untuk berpikir secara mandiri untuk

Perkembangan Kognitif Anak Usia 6 Tahun

Si Kecil berusia enam tahun akan senang menjalani peran dan tanggung jawab baru. Mereka dapat memberi perhatian yang lebih lama namun tetap lebih memilih aktivitas yang terstruktur dan pasti daripada aktivitas yang memiliki hasil akhir berbeda-beda. Pada usia ini, si Kecil masih memerlukan banyak arahan dari Ibu dan sering mengajukan pertanyaan untuk memastikan bahwa Ia menyelesaikan tugas dengan cara yang benar. Berkembangnya kemampuan perencanaan dan penyelesaian masalah akan membuat Ia bersemangat untuk pergi ke sekolah, belajar membaca, serta mengeksplorasi konsep baru. Kegiatan yang dapat membantu perkembangan keterampilan kognitif si Kecil yang berumur 6 tahun:
  • Beri si Kecil kesempatan untuk membuat pilihan sederhana, seperti apa yang harus dipakai atau apa yang harus dimakan untuk camilan.
  • Dorong si Kecil untuk menjawab pertanyaan dengan pola sederhana yang terkait seperti "apa kata selanjutnya: matahari, bulan, matahari, matahari, bulan,?“
  • Beri nama beberapa benda dari satu kategori dan minta si Kecil untuk mengidentifikasi kategori dengan benar. Misalnya: kaus kaki, kemeja, baju dan celana masuk dalam kategori pakaian.
  • Mulai permainan baru yang mendorong pengembangan keterampilan memori dan pemecahan masalah (Nutriclub, 2019)

Pengertian Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu
  1. Kematangan
Kematangan merupakan poin pertama yang dianggap poin yang paling bisa dimasukan kedalam perkembangan kognitif. Selain bisa merubah kepribadian seseorang, aspek ini membuka adanya kemungkinan untuk perkembangan sedangkan jika hal ini kurang tentu akan membatasi secara luas prestasi jika dilihat dari sisi kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri. Maka kematangan menjadi pilihan pertama.
Baca:
  1. Pengalaman
Mungkin anak-anak meruakan hudangnya penasaran, dimana mereka memiliki waktu yang banyak untuk mengembangkan pengetahuan dan mencari tahu pengalaman yang ada. Interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru sehingga mencoba mencari pengalaman dan berempati pada orang lain, tetapi kontak dengan dunia fisik tentu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan. Selain itu, kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
Baca:
  1. Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hal penting, dimana bagian lingkungan sosialnya sudah termasuk kedalam peran bahasa serta pendidikan, pengalaman fisik juga bisa memacu ataupun menghambat perkembangan struktur kognitif anak tersebut.  (Baca: Penyebab Kenakalan Anak)
  1. Ekuilibrasi
Ekuilibrasi adalah proses pengaturan diri dan pengoreksi diri. Mengatur interaksi spesifik dari imasing-masing manusia dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara sinkron dan juga tersusun dengan baik. (Baca: Terapi Perilaku Kognitif)
Menurut Piaget, anak-anak secara aktif membangun dunia kognitif mereka dengan menggunakan skema untuk menjelaskan hal-hal yang mereka alami seperti layaknya bercerita atau menjelaskan apa yang mereka alami. (Baca: Gangguan Mental Pada Anak)
Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual. Piaget (1952) mengatakan bahwa ada dua proses yang bertanggung jawab atas seseorang menggunakan dan mengadaptasi skema mereka:
  1. Asimilasi yaitu proses adanya penambahan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini sifatnya subjektif, karena seseorang cenderung memodifikasi pengalaman ataupun informasi yang sudah diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada. (baca juga: Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosional)
  2. Akomodasi yaitu bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema karena hadirnya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Pada proses ini bisa terjadi pemunculan skema yang baru dan berubah sama sekali. (baca juga: Pengertian Bakat Menurut Para Ahli)

Karakteristik Kognitif Anak

Berikut adalah beberapa karakteristik terkait dengan kognitif anak, diantaranya adalah:
1. Karakteristik perkembangan kognitif anak usia 0 – 2 tahun
  • Dapat melihat cahaya dan mengikuti arah cahaya.
  • Sudah bisa menghitung maksimal 2-4 buah benda yang ia lihat.
  • Mengikuti isyarat dan bicara orang dewasa, karena di usia ini pemikiran mereka sama dengan mengikuti atau mengkopi. (baca juga: Macam-macam Gaya Belajar)
  • Mengetahui dan dapat menjelaskan objek yang diletakan tak jauh dari sekitar mereka yakni 8-10 inci di depan matanya atau disekitarnya. (baca juga: Cara Menghilangkan Trauma Pada Anak)
  • Menirukan isyarat-isyarat yang baru yang baru didengar atau dikenal oleh mereka.
  • Menamai atau menunjukkan pada gambar yang mewakili benda tertentu dan sering dilihatnya atau terbiasa dilihatnya. (baca juga: Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak)
  • Memahami kata minimal 2 kata depan atau bahasa sederhana yang tidak terlalu rumit.
  • Memperlihatkan ketertarikan dan ingin tahu pada sekitarnya dengan dengan membongkar sesuatu.
  • Mengingat benda yang ada dan bisa mengembalikanya ke tempat semula. (baca juga: Pola Asuh Anak Usia Dini)
2. Karakteristik perkembangan kognitif anak usia 2 – 4 tahun
  • Dapat menunjuk dan menyebut gambar sederhana dan juga mudah diingat.
  • Anak-anak dengan perkembangan kognitif tertarik mendengar seperti dongeng atau cerita (Baca: Teori Belajar Kognitif)
  • Dapat mengenal anggota tubuh.
  • Dapat mengenal dan mengelompokan warna. (baca juga: Cara Mengatasi Anak Pemarah)
  • Dapat sudah mengerti konsep seperti besar dan kecil, luas dan sempit dan lainnya.
  • Dapat mengenal fungsi benda dengan benar. Hal ini artinya dapat mengelompokkan benda berdasarkan bentuk,warna,ukuran dan fungsi secara sederhana. (baca juga: Fakta Kepribadian Anak Bungsu)
  • Ikut dalam kegiatan membaca dengan mengisi kata-kata atau kalimat yang kosong.
  • Dapat menunjukkan dan menyebutkan anggota tubuhnya.
  • Dapat mencocokkan hingga sebelas warna. (baca juga: Teori Psikologi Perkembangan)
3. Karakteristik perkembangan kognitif anak usia 4 – 6 tahun
  • Dapat mengetahui fungsi benda dengan benar.
  • Dapat mengelompokkan benda sesuai dengan bentuk, warna, ukuran dan fungsi secara sederhana.
  • Ikut dalam kegiatan membaca dengan mengisi kata-kata atau kalimat yang belum terisi.
  • Dapat menunjukkan dan menyebutkan anggota tubuhnya. (baca juga: Tahap Perkembangan Emosi Anak)
  • Dapat mencocokkan hingga sebelas warna.
  • Berusaha membaca dengan memperhatikan gambar. (baca juga: Gejala ADHD pada Bayi)
  • Sudah bisa membaca kata-kata singkat dan juga ringan seperti 4-6 huruf.
  • Dapat membaca cerita sederhana dengan lantang dan juga bersuara.
  • Dapat mana hal yang fantasi ataupun realita. (baca juga: Cara Mengenali Potensi Diri)

Tahap-tahap Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget ada beberapa tahapan yang akan dilalui dalam Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini, antara lain :
A. Periode Sensorimotor
Periode sensorimotor yang terjadi pada 0 hingga 2 tahun. Dimana usia ini merupakan usia bayi lahir dengan refleks yang berasal dari lahir atau bawaan. Selain itu skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks sejak lahir. Periode ini merupakan periode pertama dengan 6 subtahapan yang menjelaskan antara penggunaan fisik dan pikiran serta gerak yang berasal dari refleks. (baca juga: Kecerdasan Spasial)
B. Periode Praoperasional
Periode selanjutnya yakni praoperasional. Pemikiran (Pra)Operasi menurut teori Piaget yaitu prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek yang ada. Ciri dari tahapan ini adalah tentu operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Selain itu, di dalam tahapan ini anak belajar menggunakan dan menjelaskan objek dengan gambaran maupun kata-kata meskipun masih terbata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain.
Baca:
C. Periode Operasional Konkrit
Ketiga yakni adanya tahapan operasional konkrit, tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Dalam perhitungan Piaget tahapan ini berada di usia 6 tahun lebih dimana mereka memiliki pemikiran tanggung. Anak-anak sudah bisa dikatakan mengerti namun belum paham 100% apa yang dimaksudkan. (baca juga:
D. Periode Operasional Formal
Terakhir yakni tahap operasional formal dimana dalam tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun atau bisa dikatakan saat pubertas, dan terus berlanjut sampai dewasa. Kognitif saat dewasa sendiri tidak berhenti begitu saja meskipun perkembangannya lambat. (Baca: Psikologi Remaja)
Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Sedangkan tahapan operasional formal ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis dan lainnya. (baca juga: Peran Ayah dalam Keluarga)
Rasanya meskipun mereka terkadang melihat segala hal secara abu, namun anak-anak di tahapan ini sudah menerima informasi dalam bentuk yang jelas dan detail serta bisa dipahami. Tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral dan hal lainnya yang membuat orang tua harus kembali mengawasi secara ekstra. (Baca: Ciri- Ciri Pubertas)
Baca:

Informasi umum mengenai tahapan-tahapan

Jika dilihat dari keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  • Tahapan memiliki waktu yang jelas namun pada kenyataanya, tahapan tersebut bisa dicapai dalam usia yang berbeda. Tidak semua anak menghadapi batasan usia yang sama karena tergantung dengan faktor lainnya.  Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
  • Tahapan bersifat universal sehingga tidak terkait adat dan budaya. (baca juga: Teori Kebutuhan Maslow)
  • Bisa digeneralisasi maksudnya adalah representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan. Sehingga cakupannya cukup luas.
  • Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis dan bisa ditalar dengan pemikiran orang dewasa. (baca juga: Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik)
  • Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi) sehingga tidak berantakan dan sembarangan.
  • Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif. Secara psikologi hal ini berefek juga dengan perkembangan kepribadian seseorang ke masa dewasanya. (Kumunitas PSIKOLOGI)

PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-4 TAHUN

PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-4 TAHUN

Perkembangan kognitif adalah perubahan dan kestabilan dalam kemampuan mental (mental abilities), seperti kemampuan belajar, atensi, daya ingat, bahasa, kemampuan berpikir, penalaran, dan kreativitas (Papalia, Olds, dan Feldman, 2009). Kata ‘mental’ mengacu kepada hal-hal yang berhubungan dengan pikiran. Sederhananya, perkembangan dalam aspek kognitif mencakup perkembangan kemampuan seseorang untuk berpikir, memproses informasi, serta menggunakan informasi yang sudah diperoleh.

Aspek kognitif memiliki peran yang penting dalam perilaku manusia. Kemampuan kognitif juga berhubungan dengan kedua aspek lainnya, yaitu motorik dan psikososial. Kita membutuhkan kemampuan untuk menyerap informasi dari lingkungan dan menggunakannya untuk beradaptasi. Misalnya saat belajar menaiki tangga, anak memproses informasi bahwa naik tangga itu caranya dengan satu kaki bergantian. Saat anak berinteraksi dengan teman, anak juga memproses informasi bahwa orang lain senang kalau ia mau berbagi mainan dan tidak suka kalau mainannya direbut. Pikiran seseorang juga berhubungan dengan perasaan dan perilakunya. Ketiga aspek ini biasa disebut 3P (pikiran-perasaan-perilaku). Misalnya, jika anak berpikir ia dimarahi karena berbuat salah, ia merasa sedih, lalu perilaku yang muncul adalah menangis atau menjauh dari orang lain.

Seperti halnya orang lain, anak-anak usia 2-4 tahun juga memiliki pikiran mereka sendiri. Di usia ini kemampuan berbahasa juga mulai berkembang lebih baik, sehingga mereka mulai lebih banyak mengeksplorasi dunia sekitar mereka dengan bahasa. Pertanyaan “ini apa?” sering muncul seiring bertambahnya kosakata dan kemampuan untuk memahami bahasa. Oleh karena itu, pembahasan perkembangan kognitif di sini akan mencakup perkembangan kemampuan berpikir dan bahasa. Dalam perkembangan kognitifnya, anak akan banyak belajar tentang “konsep”. Contohnya:
konsep jumlah (ada berapa banyak benda dalam kelompok benda ini?) dan angka (angka ini artinya ada berapa banyak benda?)
konsep waktu (kapan sesuatu terjadi?)
konsep urutan (apa duluan, lalu apa, lalu apa lagi? Apa yang pertama, apa yang terakhir?)
konsep warna (warna yang seperti ini namanya apa?)
Anak mulai menghubungkan informasi-informasi yang ia peroleh, lalu membuat kesimpulan. Misalnya, hewan yang kakinya empat, berekor, memiliki kumis, dan berbunyi “meong” adalah hewan kucing. Atau semua warna yang seperti itu disebut warna biru.

Secara umum, anak usia 2 tahun mulai dapat melakukan hal-hal berikut:
  • Menunjuk benda atau gambar bila nama bendanya disebutkan
  • Mengenali nama orang-orang, benda, dan bagian-bagian tubuh yang familiar baginya
  • Berbicara dengan kalimat sederhana (2-3 kata)
  • Bertanya tentang nama benda, “ini apa?”
  • Mengikuti instruksi sederhana, misalnya “pakai sepatu” dan “ambilkan gelas”
  • Mengulangi kata yang didengar
  • Memahami arti gestur/isyarat yang familiar baginya, seperti anggukan (iya, boleh), gelengan (bukan, tidak, jangan), telapak tangan di depan (stop, tos)
  • Menunjuk gambar dalam buku yang menarik baginya
  • Menemukan benda yang disembunyikan (di tempat yang tidak terlalu sulit), misalnya di bawah selimut atau di balik pintu
  • Mengelompokkan benda atau gambar sederhana berdasarkan satu kesamaan, misalnya bentuk atau warna. Note: anak mungkin belum mengenal nama warnanya, tapi ia tahu bahwa warnanya sama
  • Bermain peran dan permainan pura-pura (make-believe play), misalnya pura-pura mengangkat telepon, memasak, atau menaiki mobil


Sedangkan anak usia 3-4 tahun, selain bisa melakukan hal-hal di atas, juga mulai dapat melakukan hal-hal berikut:

  • Berbicara dengan kalimat sederhana 3-5 kata
  • Menggunakan kata ganti seperti “aku”, “kamu”, “dia”, dan “kita”
  • Mengikuti instruksi bertahap, bisa 2 atau 3 tahap sekaligus. Misalnya, “pakai sepatu, ambil tas, lalu berbaris di depan pintu”
  • Mulai memahami konsep jumlah dan berhitung, dengan jumlah yang terus bertambah. Anak usia 3 tahun sudah bisa menghitung jumlah benda sampai 10. Konsep “berhitung” dan “mengenal angka” itu berbeda. Anak bisa menghitung sampai 5 tapi ia tidak harus tahu bagaimana tulisan angka 5.
  • Mengenal beberapa nama warna. Biasanya warna-warna dasar seperti biru, merah, dan kuning dan warna-warna yang mudah diingat namanya
  • Memahami masalah bila dikaitkan dengan diri sendiri. Misalnya, “Kalau aku dipukul, nanti sakit”
  • Mengingat cerita, lagu, atau kata-kata yang pernah didengar atau ditonton, sebagian atau seluruhnya. Juga menceritakan kembali kejadian yang pernah dialami
  • Memahami konsep persamaan dan perbedaan, dengan contoh benda yang konkrit. Berdasarkan pemahaman ini, anak bisa mengelompokkan benda berdasarkan kesamaannya. Misalnya “sama’sama makanan”, “sama-sama mainan”, dan “sama-sama buat masak”
  • Menyusun puzzle sederhana
  • Mengenali susunan kata tertentu yang sudah familiar, seperti tulisan nama panggilannya sendiri dan tulisan yang sering terlihat di rumah atau playgroup/TK tempat ia sekolah
  • Mengenal beberapa huruf dan angka
  • Bermain dengan imajinasi dan fantasi. Contohnya, pura-pura jadi astronot di bulan, main masak-masakan, pura-pura jadi ibu, dan lain-lain
  • Memahami simbol dan artinya. Misalnya “dua” berarti ada dua benda, dan huruf “i” itu huruf yang bentuknya “i”
  • Mulai memahami konsep posisi seperti “di dalam”, “di luar”, “di depan”, “di belakang”, “di sebelah/samping”, “di atas”, “di bawah”, dan “kiri-kanan”
  • Bertanya dengan kata apa, siapa, kapan, mana, bagaimana (misalnya “gimana caranya?”). Pertanyaan “kenapa” mulai lebih banyak muncul menjelang usia 4 tahun
  • Mengenal konsep urutan (sequence) kejadian. Contohnya kegiatan dari anak bangun tidur sampai malam, atau langkah-langkah memasak untuk membuat masakan sederhana seperti jus buah
  • Mulai mengenal konsep waktu, seperti sekarang, besok, dan waktu-waktu tertentu seperti “kalau sudah pulang sekolah” dan “malam nanti”. Konsep waktu yang lampau seperti “kemarin” lebih sulit bagi anak usia ini (Chairunnisa Rizkiah, 2015)